Laporan Pewarnaan Bakteri

LAPORAN PRAKTIKUM 

PEWARNAAN BAKTERI 



            NAMA                       : RINI CHORI’AH
NPM                          : F0I020098
TINGKAT                 : 1(SATU) B
                                              NAMA DOSEN         : SUCI RAHMAWATI, M.FARM, APT

PRODI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


BAB I

A. TUJUAN
 1. Mengetahui macam-macam metode pewarnaan.
 2.  Dapat membedakan bakteri gram positif dan negative dengan metode pewarnaan.
 3. Mengetahui macam-macam zat warna yang digunakan dalam pewarnaan.


                                                                              BAB II 

B.LANDASAN TEORI

Bakteri atau mikroba lainya dapat di lihat dengan mikroskop biasa tanpa yaitu dengan cara-cara khusus, misalnya dengan cara tetesan bergantung,menggunakan kondensor medan gelap dan lain-lain.Tetapi pengamatan dari pewarnaan ini lebih sukar dan tidak di pakai untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti, karena sel bakteri dan mikroba lainya transparan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna  juga transparan dan sangat kecil untuk mengatasi hal tersebut maka di kembangkan suatu teknik pewarnaan bakteri ,sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah di amati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwijoseputro, 2005)

    Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet, dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan. 

   a.    pewarnaan asam 

        Merupakan pewarnaan yang menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel. Adapun zat warna yang dipakai dalam pewarnaan positif adalah metilen biru dan air furksin.

  b. Pewarnaan Basa

        Pewarnaan basa atau negatif merupakan metode pewarnaan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Metode ini menggunakan cat nigrosin atau tinta cina. 

            Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur, dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan metode pengecatan atau pewarnaan, hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkain pengecetan. (Jimmo, 2008)

            Sel bakteri dapat diamati dengan jelas jika menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x 10 yang ditambah minyak emersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif.

Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain cristal violet, methylen blue, safranin, Base Fuchsin, Malachite Green, dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll ( Irawan, 2008).
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (dwidjoeseputro, 1994).                                                                                           

 Langkah-langkah utama dalam persiapan spesiemen mikroba untuk pemeriksaan mikroskopis adalah :
1. Penempatan olesan atau lapisan spesiemen pada kaca objek.
2. Fiksasi olesan pada kaca objek
3. Aplikasi pewarnaan tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkain larutan pewarna atau reagen (Pelczar,1986). 
Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul atau pun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998). 
                                    
                                                         BAB III        
                     
  C. ALAT DAN BAHAN 
Alat :
1. Beaker gelas
2. Pinset
3. Objek glass
4. Jarum ose
5. Bunsen 
6. Mikroskop

                   Bahan :
                   1. Biakan bakteri staphylococcus aureus
                   2. Methylen blue dan lugol
                   3. Gentian violet
                   4. Safranin
                   5. Immersion oil
                   6. Alkohol 96%
                   7. Aquadest

BAB IV 

A.    D.PROSEDUR PERCOBAAN  

     1. Siapkan alat Dan bahan

2. Kemudian sterilisasi jarum ose diatas bunsen lalu ambil bakteri biakan dengan jarum ose letakkan di objek glass.

3. Setiap sesudah mengambil bakteri biakan dengan jarum ose bakar lagi jarum ose diatas bunsen agar tidak terkontaminasi.

4. Setelah iTunes teteskan methylen blue pada bakteri yang Ada di objek glass.

5. Kemudian tutup dengan cover glass

6. Kemudian amati bawah mikroskop

7. Setelah itu kita Akan Mengamati lagi untuk mengindentifikasi mana bakteri gram negatif Dan bakteri gram positif.

8. Siapkan alat Dan bahan, nyalakan bunsen lalu panaskan jarum ose terlebih dahulu sebelum mengambil bakteri, lalu letakkan bakteri pada objek glass setelah itu lakukan diatas api agar pewarnanya lebih melekat.

9. Lalu tetesi bakteri dengan gentilan violet Dan tunggu selama 5 menit.

10. Kemudian tambahkan lugol untuk mempertegas warna ungu pada bakteri tunggu selama 1 menit.

11. Setelah 1 menit bilas dengan air.

12. Lalu dibilas lagi dengan alkohol untuk melihat bakteri gram positif Dan negatif, jika negatif warna Akan luntur.

13. Tetesi samfranin 1-2 tetes. Jika negatif maka Akan menyerap samfranin. Positif tetal mempertahankan warna gelatin violet lalu tunggu sampai 2 menit.

14. Setelah itu cuci dengan air Dan bilas dengan tissue.

15. Tetesi imersial oil pada objek glass lalu tutup dengan cover glass.

16. Stelah itu amati dengan mikroskop pas perbesaran 40.


BAB V

E.Hasil dan pembahasan

   A. Hasil

Hasil Dan Gambar

Keterangan




Gambar disamping merupakan bakteri tanah yang telah di amati di mikroskop.




Pada gambar disamping merupakan staphyllpcocus aureus dengan pewarnaan sederhana.



Gambar di samping merupakan hasil dari bakteri tanah yang terdapat beberapa bakteri sehingga ada yang gram positif Dan negatif.






Gambar disamping merupakan hasil pengamatan dari bakteri staphylo gram jika positif maka warna tetap ungu dan Ada juga beberapa warna yang luntur karena pada pembiakan ini Ada beberapa bakteri lain.

 B. PEMBAHASAN

            Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah pewarnaan untuk (Suriawiria, 1985):

1. Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi ataupun fungi.

2. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad

3. Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.

4. Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.

        Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan memberikan reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif (Suriawiria, 1985).

        Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan perbesaran 40 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll (Irawan, 2008).

        Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berfungsi untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo , 1991).


BAB VI

F. KESIMPULAN DAN SARAN 

KESIMPULAN :

            Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pewarnaan digunakan untuk membedakan mikroorganisme, khususnya bakteri yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis dan berwarna ungu, sedangkan bakteri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis membran sel dan berwarna merah. Pewarnaan spora dapat digunakan untuk membantu identifikasi bakteri. Pewarnaan spora dapat membedakan ada/tidaknya spora dan letak dari spora tersebut di dalam sel. Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial yang dikhususkan untuk melihat bagian kapsul dari suatu bakteri. Pewarnaan kapsul merupakan gabungan antara pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. Kapsul tidak memiliki aktifitas yang besar terhadap bahan-bahan cat basa. Beberapa kapsul cepat rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan air. Karena  kapsul dari berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama.  

        SARAN : 

           Saran yang dapat di ajukan adalah agar dalam praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan memeriksa atau mencek terlebih dahulu peralatan-peralatan yang akan digunakan untuk praktikum agar pada saat mengoperasikan alat benar-benar secara maksimal dan praktikan tidak kebingungan dalam penggunaannya saat praktikum. Dan praktikum harus lebih tertib lagi dalam menjalankan praktikum agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik.  


    DAFTAR PUSTAKA 

    Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta. 

    Dwidjoseputro, D,1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

    Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta 

    Lay w. Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.PT RajaGrafindo Persada:Jakarta. 

    Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.

 Sutedjo,M,M. , Kartasapoetra, A, G. ,Sastroatmodjo, S.Mikrobiologi Tanah,1996. PT. Rhineka Cipta,Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Kimia organik " uji identifikasi fenol menggunakan tablet paracetamol

Laporan praktikum kimia organik " identifikasi gugus fenol pada metampiron"

Laporan praktikum KIMIA ORGANIK "UJI KETIDAKJENUHAN DAN PENENTUAN BILANGAN ASAM"